bab 1. sebuah permulaan dan para tokoh
----------------------------------------------------------
Dimulai malam ini atau malam pada suatu saat kapan pun itu. sama saja! anggap saja malam ini adalah malam itu. Hujan turun tak banyak airnya biasa orang bilang gerimis ntah darimana asal kata itu yang jelas aku sudah mengenalnya sejak aku lahir. Gerimis itu turun sejak jam 4 sore tepat saat aku menstarter motorku yang sudah siap di pelataran parkir di sebuah gedung [belum ada nama gedungnya -red] dan karena hujan pula aku terpaksa membatalkan niatku untuk segera pergi dari gedung itu. Hembusan angin semilir menerpa wajahku di pipi dan jidatku sejuk terasa ditambah bau debu yang terkena curahan air gerimis tadi seperti nafas alam yang kedatangannya membisikkan sebuah misteri. Misteri ilahi huehuehuhe ooh bukan itu nama acara di salah satu stasiun televisi. Yah hujan memang mengandung misteri yang sangat kusuka. Aku tidak pernah bisa menjelaskannya tapi ketidakmengertian kadang perlu dinikmati atau kau akan mati kejenuhan memikirkannya. hujan itu misterius. ..
"mau pulang dek?"
"oh .. iya pak. tapi gerimis saya gak bawa jas hujan " jawabku.
Aku memperhatikan petugas parkir itu membawa jaket dan jas2 hujan pengendara motor lain yang hanya ditaro di motor mereka dan ditumpukkannya di pos parkir. Sembarang saja kataku dalam hati, untung aku titipkan di pos jadi jaketku gak dicampur2 dgn jaket yg lain2 gak jelas punya siapa. Kalau seperti itu yang punya jaket jelek bisa saja pulang bawa jaket yg bagus.
"udah dari tadi hujan ga berenti-berenti ya. tiap hari hujan mungkin ini ngabisin musim hujan kali" katanya lagi.
"iya kali pak. rokok pak?" jawabku asal sambil ambil sebatang rokok sampoerna mild di jaket.
"rokok samsu punya ga ? saya rokoknya samsu kalo rokok kaya gitu mah gak berasa di isepnya " kata bapak itu. "wah ini aja yang ada nih pak " kata ku.
"ya boleh deh dari pada gak ada." kata dia sambil mengambil 2 batang rokokku.
Sialan bapak ini. preman juga dia pikirku sambil menghisap rokok dan memberikan korek api.
"tinggal daerah mana emang?" itulah awal pembicaraan aku dan petugas parkir digedung itu yang terus mengalir tentang apa aja sampai kejadian pembobolan mobil disitu yang sempat membuat dia dan kawan-kawannya kelabakan.
"bapak ini lulusan smp udah kerja disini sejak gedung ini dibuat. tuh dulu rumah bapak udah jadi mall cari duit sekarang susah bener anak bapak aja yang kuliah belom dapet kerjaan" dia menunjuk mall diseberang gedung.
"sabar aja pak. mungkin dijakarta udah kebanyakan yg cari kerja kenapa gak cari kerja di luar negeri aja pak. jadi tki paling-paling 25 juta buat modal" jawabku iseng.
"anak tetangga aja 40 juta tuh yang kerja di korea. anaknya laki-laki kerja di pabrik elektronik. mao jual tanah siapa dapet duit segitu banyak?" jawabnya.
"rampok bank aja pak" selorohku.
"rampok pake apaan?"
"pestol pak. pestol aer kan bapak sama anak bapak yg laki-laki itu punya" haha .. dia ikut ketawa. ngerti apa ngganya ntah deh.
Gerimis mulai reda kulihat diluar. aku siap2 menghidupkan mesin motorku lagi sambil pamit dan kuberikan uang 1000 untuk parkir dan kuberikan lagi uang untuk beli rokok samsu. dia berterima kasih dan melambaikan tangan saat ku bawa motorku meninggalkan gedung itu. Bapak petugas parkir itu bukan tokoh dalam cerita ini hanya pembuka dari cerita ini yang ada dalam pikiranku yang fiktif ini.
Thamrin -jakarta- tempat tujuan awalku. Setibaku di sana ku belokkan motorku ke hard rock kafe dan ku parkir motorku. Bergegas ku masuk dan pergi ke lantai 2 tepatnya hardrock kafe mataku awas memperhatikan satu persatu satu persatu tamu yang ada disitu, mencari seseorang sambil menghidupkan handphoneku "halo.. gadis. aku dah sampai nih kamu dimana" suara disana terdengar kesal dan aku mencari tempat yang dia katakan, sambil menuju kearah meja yang terletak di pojok dekat jendela ku lambaikan tangan dan tersenyum padanya.
"lama banget sih. kamu telat 2 jam! gak berubah dari dulu dasar tukang ngaret! untung aku bawa teman. kenalin ini siska.. " aku terima saja kata-katanya dan memang benar aku ngaret. "jaka.." jawabku sambil menjabat tangan siska. "mau pesan minum atau makanan lagi? sekalian aku mau pesan nih" tawarku pada dua cewek didepanku. Kulambaikan tangan waiter yang sudah memperhatikan kami.
"mas corona satu dan oxtail broth, kamu apa dis?" tanyaku sambil memperhatikan strawberry milkshake dan orange juice dimeja. masih suka milkshake ya kata hatiku. waiter itu mencatat pesananku dan pergi ke meja ordernya.
"kamu masih minum alkohol jaka?"
"iya. lihat saja perutku agak buncit"
"apa gak takut ketauan istrimu nanti kalau dia mencium bau alkohol yang keluar dari mulutmu? "
"aku belum menikah"
Itu pengakuanku yang pertama pada pertemuanku lagi dengan gadis. Atau pertanyaan memancing pertama yang dia lontarkan untukku. Ahh seandainya saja benar dia ingin tau statusku sekarang ini.
"ohya? haha kamu kan sudah cukup umur jaka. masa sih gak ada yang mau sama kamu"
"bener gak ada yang mau sama aku. ganteng tapi gak bisa cari pacar yang bisa dijadikan istri, bener nih kalian ga mau nambah minumnya?"
"wow. masih aja narsisis.. kita masih ada kok minumnya, kita udah minum dan makan nunggu kamu jaka.. lihat saja temanku sudah curhat segala macam, kamu saja yang pesan" jawabnya. Hatiku berdesir saat melihat gadis .. setelah sekian lama tak berjumpa dengannya. Rasanya seperti ...... ah, banyak yang berubah dengannya. rambutnya yang dulu sebahu sudah dipangkas pendek, gaya pakaiannya sekarang lebih menunjukkan dia sebagai wanita karir dan gaul hanya bibirnya yang masih dipoles lipstik tipis saja yang masih sama.
Kami mengobrol panjang lebar tentang masa-masa gadis di jepang bersama teman-temannya .. siska teman kuliah sastra gadis di jepang yang lebih banyak diam dan sibuk menelpon kadang-kadang nyambung dan bercanda bersama kami.
---------
[still edited. cek mirc dulu ahh sambil maen scramble. hihi ]
Read more..!